Popular Post

Archive for Juli 2016

Gordang Sambilan (Kesenian Tradisional Suku Mandailing)

By : niki iswanti
Gordang Sambilan adalah salah satu kesenian Tradisional suku Mandailing. Gordang artinya gendang atau bedug sedangkan sambilan artinya sembilan. Gordang Sambilan terdiri dari sembilan Gendang atau bedug yang mempunyai panjang dan diameter yang berbeda sehingga menghasilkan nada yang berbeda pula. Instrumen musik tradisional ini dilengkapi dua buah ogung, satu doal dan tiga salempong atau mongmongan. Juga dilengkapi alat tiup terbuat dari bambu dinamakan sarune atau saleot dan sepasang simbal kecil yang dinamakan tali sasayat. Dahulu gordang sambilan hanya dimainkan pada acara-acara yang sakral,seiring dengan berkembangya kultur sosial masyarakat saat ini gordang sambilan sudah sering diperdengarkan baik dalam acara pernikahan,penyambutan tamu,hari besar. Untuk membunyikan alat kesenian itu digunakan pemukul terbuat dari kayu. Masingmasing gondang mempunyai nama sendiri. dan tidak sama di semua tempat di seluruh Madina, karena masyarakat Mandailing yang hidup dengan tradisi adat punya kebebasan untuk berbeda.
Gordang Sambilan salah satu pesona wisata di Kab. Mandailing Natal (Madina), salah satu warisan budaya bangsa Indonesia. Bahkan diakui pakar etnomusikologi sebagai satu ensambel musik teristimewa di dunia. Bagi orang Mandailing, Gordang Sambilan merupakan adat sakral, bahkan dipandang berkekuatan gaib yang dapat mendatangkan roh nenek moyang untuk memberi pertolongan melalui medium atau semacam shaman yang dinamakan Sibaso. Tujuannya meminta pertolongan roh nenek moyang, mengatasi kesulitan yang sedang menimpa masyarakat, seperti penyakit menular. Juga digunakan untuk upacara meminta hujan atau menghentikan hujan yang turun terlalu lama dan menimbulkan kerusakan. Selain itu dipergunakan pula untuk upacara perkawinan yang dinamakan Horja Godang Markaroan Boru dan untuk upacara kematian yang dinamakan Horja Mambulungi.
Pada zaman animisme, Gordang Sambilan digunakan untuk upacara memanggil roh nenek moyang apabila diperlukan pertolongannya. Upacara tersebut dinamakan Paturuan Sibaso (memanggil roh untuk menyurupi medium Sibaso). Tujuannya meminta pertolongan roh nenek moyang, mengatasi kesulitan yang sedang menimpa masyarakat, seperti penyakit menular. Juga digunakan untuk upacara meminta hujan atau menghentikan hujan yang turun terlalu lama dan menimbulkan kerusakan. Selain itu dipergunakan pula untuk upacara perkawinan yang dinamakan Horja Godang Markaroan Boru dan untuk upacara kematian yang dinamakan Horja Mambulungi.
Penggunaan Gordang Sambilan untuk kedua upacara tersebut, karena untuk kepentingan pribadi harus terlebih dahulu mendapat izin dari pemimpin tradisional dinamakan Namora Natoras dan Raja sebagai kepala pemerintahan. Oleh karena itu pada masa lalu, di setiap kerajaan di Mandailing harus ada satu ensambel Gordang Sambilan yang ditempatkan di Sopo Godang (balai sidang adat dan pemerintahan kerajaan), atau disatu bangunan khusus terletak di dekat Bagas Godang (istana raja). Permohonan izin itu dilakukan melalaui suatu musyawarah adat yang disebut Markobar Adat yang dihadiri tokoh-tokoh Namora Natoras dan Raja berserta pihak yang akan menyelenggarakan upacara. Selain harus mendapat izin dari Namora Natoras dan Raja, untuk penggunaan Gordang Sambilan dalam kedua upacara harus disembelih paling sedikit satu ekor kerbau jantan dewasa. Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka Gordang Sambilan tidak boleh digunakan untuk upacara kematian (Orja Mambulungi) hanya dua buah yang terbesar dari instrumen Gordang Sambilan yang digunakan, yang dinamakan Jangat. Tapi dalam konteks penyelenggaraan upacara kematian dinamakan Bombat. Penggunaan Gordang Sambilan dalam upacara adat disertai peragaan bendabenda kebesaran adat, seperti bendera adat yang dinamakan tonggol, payung kebesaran dinamakan Payung Raranagan dan berbagai jenis senjata seperti pedang dan tombak yang dinamakan Podang dan Tombak Sijabut.
Gordang Sambilan juga dapat digunakan mengiringi tari yang dinamakan Sarama Penyatarama (orang yang melakukan tari sarama), kadang-kadang mengalami kesurupan pada waktu menari karena dimasuki oleh roh nenek moyang.




Lirik Lagu Uttaran dan Terjemahan (OST Uttaran ANTV)

By : niki iswanti

Nanhe nanhe se haatho~n me guDiyaa puraanee
Boneka tua di tangan kecil yang lucu
Kismat apanee to jaise koi rooThee naanee
Nasibku seperti seorang nenek yang kesal

Nanhe nanhe se haatho~n me guDiyaa puraanee
Boneka tua di tangan kecil yang lucu
Kismat apanee to jaise koi rooThee naanee
Nasibku seperti seorang nenek yang kesal

Kisee ka jeevan sapnaa hai
Untuk beberapa, hidup adalah mimpi
Kisee kaa sapnaa hai utaraN
Untuk beberapa mimpi yang di wariskan

Kisee ke utare sapno~n se saje kisee kaa bachpan
Beberapa masa kecil ditakdirkan hanya untuk menjadi mimpi yang kedua
Vah nahI samjhe abhee kyaa hotee hai utraN
Mereka masih tak mengerti apa yang wariskan
Vah nahI samjhe abhee kyaa hotee hai utraN
Mereka masih tak mengerti apa yang wariskan (yaitu mereka yang masih cukup polos)

Lirik Lagu Uttaran dan Terjemahannya (Sound Trak Flim Uttaran ANTV)
@Niki Iswanti

- Copyright © blog niki - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -